Selasa, 05 Oktober 2010

Rabu, 29 September 2010

Selasa, 28 September 2010

PERTEMUAN BERKALA, SATU TAHUN SEKALI TAPI AKRAB & HANGAT

AWAL TERBENTIKNYA "IKBASS" IKATAN KELUARGA BESAR BANI SHIDDIQ SINGOSARI GONDANGLEGI

Berawal dari fatwa dan amanah sesepuh Bani Shiddiq, ( Alm.)Bpk. H. Faqih Farchan (Singosari) dan . AlmBpk. H. Achmad Sidik (Surabaya) untuk melaksanakan wasiat dari K. H. (Letkol Purn.) Yoesoef Ontowirjo ( Manado ) untuk menyalakan Obor Silaturrahim anak cucu Mbah buyut Shiddiq-Mbah buyut Mukilatun yang dikaruniai 6 putra putri, yakni ;
1. H. Ma'ruf           Singosari
2. Anwar                Singosari
3. Dewi                  Singosari
4. Munasikah        Singosari
5. Munawaroh      Singosari
6. Hj. Riani          Gondanglegi
Yang sudah ditinggal menghadap Sang Kholiq sejak beliau-beliau kecil yang dengan pertolongan Allah SWT. beliau hidup layak dan berkepribadian menjadi hamba-hamba Allah yang gigih, bersahaja(ISTIQOMAH), sehingga keterunan beliau juga banyak yang hidup mapan.
Beranjak dewasa anak cucu cicit buyut Shiddiq-Mbah buyut Mukilatun yang dikaruniai 6 putra putri, akhirnya tersebar di P. Jawa dan luar Jawa, sehingga dianggap perlu mengadakan pertemuan tahunan setiap bulan Syawal.
- Pertemuan I   ( 2004 ) di Rumah Bpk. H. Achmad Sidik ( Pak De, Lek Mat) Kutisari Surabaya
- Pertemuan II  ( 2005 ) di Musholla Assalafiyah II  Jl. Tumapel II Singosari Malang
- Pertemuan III ( 2006 ) di Rumah Bu. Wiwik ( Wik ) Jl. Manyar Surabaya
- Pertemuan IV ( 2007 ) 14 Oktober 2007, di AULA AL MAJID Gondanglegi Malang
- Pertemuan V  ( 2008 ) di Rumah Drs. H. Agus Darmawan, M. Pd.  Jl. Raya Singosari Malang
- Pertemuan VI ( 2009 ) 14 Oktober 2007, di AULA AL MAJID Gondanglegi Malang
- Pertemuan VII ( 2010 ) di Rumah Bpk. H. Basori  Jl. Tumapel II /93 Singosari Malang
- Pertemuan VIII ( 2011 ) di Rumah Mas Andik.....Landungsari Malang

Jumat, 24 September 2010

TA'ARRUF KELUARGA "IKBASS" AMANAH ALLA SWT.


KEDISPLINAN JUGA AMANAH ALLAH SWT. KEPADA MANUSIA 
oleh : Drs. H. M. Ali Ghufron R.*)

Manusia, Sebagai hamba Alloh SWT. Yang diciptakan paling mulia dan sebagus-bagus kejadi an bentuk dan anatominya juga telah dibekali beberapa potensi, oleh Alloh SWT., antara lain ;
1.         Hidayatul Iman,                                                3.  Hidayatul 'Aqliyah,
 2.    Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah,                           4.  Hidayatul Khawas (panca indra).
       Maka tinggal merawat, mengembangkan potensi untuk mendukung Amanah Alloh SWT. Sejak Zaman Azali telah dibebankan kepada Manusia. Sebagaimana firman Alloh SWT. QS. Al Ahzab : 72
"Bahwasanya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, gunung-gunung,tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah yang mulia tersebut dan mereka khawatir mengkhi anatinya, dan di pikullah/ diembanlah amanat itu oleh manusia ( sebagai Abid dan Khalifah). Bahwasanya manusia itu sangat dholim dan bodoh (kurang mengerti tujuan dan manfaat)."    ( Q. S. Al Ahzab : 72 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia merupakan salah satu bagian kecil dari alam se mesta. Namun oleh Alloh manusia diberi dua tugas yang sangat mulia namun sangat berat. Apakah Amanah Alloh yang pernah ditawarkan ke pada makhluk-makhluk besar langit, bumi, gunung-gunung ? Amanah Alloh yang dimaksud ialah Agama Islam. yang mencakup seluruh aspek kehidupan , dan jika dijabarkan terbagi atas;  dua Habl (alat komunikasi) yang sangat besar peranannya dalam hidup dan kehi dupan umat manusia, yaitu :
a.  Hablum minalloh ( hubungan manusia dengan Alloh SWT.)
Dalam hal ini peranan ideal yang harus dicapai adalah penyerahan diri manusia secara utuh hanya kepada Alloh SWT.dengan disiplin
" Katakanlah, bahwasanya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya kuserahkan untuk Alloh Tuhan yang menguasai alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya, dan untuk itulah aku diberi amanah perintah untuk menjadi muslim".( Q. S. Al An'am 162-163 ).
b.  Hablum minannas ( hubungan manusia dengan manusia )
     Dalam hal ini harus berbuat baik kepada sesama manusia; Orang tua, saudara, tetangga dekat maupun jauh, bahkan kepada sesama manusia pada umumnya.
1.       Ukhuwwah Ahliyyah (Persaudaraan  senasab) 3  Ukhuwwah Wathoniyyah (Persaudaraan  sewarga)
2.       Ukhuwwah Islamiyyah  (Persaudaraan  seagama) 4.  Ukhuwwah Basyariyyah (Persaudaraan  sesama manusia)
Kesanggupan manusia ini melahirkan konsekwensi yang cukup berat yakni ia harus memper tanggung jawabkan segala amal dan perbuatannya kelak dihari Pengadilan di hadapan Alloh SWT.
Kedua tugas berat tersebut adalah :
1.  Manusia diciptakan sebagai Abid (hamba)
Yaitu hamba Alloh yang harus mempersembahkan seluruh hidupnya untuk beribadah atau menghamba kepada Alloh SWT. Berdasarkan firman –Nya : " Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melain kan hanya untuk beribadah kepada-Ku."  ( Q. S. Adz-Dzariyat: 56 ).
Berdasarkan ayat ini, kedudukan manusia sebagai abid berkaitan dengan pola perilaku yang di dalam nya terkandung hak dan kewajibannya di hadapan Alloh SWT.
2. Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi ( pemimpin di muka bumi )
Sebagai pemimpin di muka bumi demi kemak muran dan kelestarian bumi. Tugas yang kedua dite gaskan dalam Al-quran S. Al-An'am ayat 165 " Dia telah menjadikan kamu seba gai  kholifah di bumi, dan Dia telah mengangkat derajat sebagian di an tara kamu di atas sebagian yang lain".
Dan Q. S. Yunus : 16 :" Kemudian sesudah itu ( yakni kemusnahan orang-orang yang dibinasakan Alloh karena keingkaran mereka pada agama yang benar). Kami (Alloh) menjadi kan kamu semua sebagai pa ra khalifah (pengganti) di bumi, agar supaya Kami dapat me ngetahui bagaimana kamu semua berbuat (yakni menjadi baiklah bumi ini atau kah makin rusak binasa) " Q. S. Yunus : 16
Dalam salah satu Tafsir Ruh al-ma'ani karya Syeikh al-Alusi dijabarkan bahwa tugas seorang khalifah adalah, memakmurkan, mendiami dan memelihara serta mengembangkan segenap potensi sumber daya bumi demi kemaslahatan mereka sendiri. Adanya kerusak an bumi karena kelalaian manusia tentunya merupakan bentuk "pengkhianatan" terhadap amanah yang telah dibe rikan Alloh SWT. Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilaku kan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sangat bergan tung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi (berpengaruh) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini  dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilakukan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampu an yang mereka miliki sangat bergantung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi ( berpengaruh ) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini  dengan sebaik-baiknya.
Kembali ke permasalahan semula, bahwa kewajiban utama kepada Alloh SWT. adalah ibadah.
Konsekwensinya, setiap gerakan kita semampu mungkin harus bernilai ibadah, termasuk pekerja an kita yang sehari-hari kita tekuni telah banyak menghabiskan waktu kita,  agar mempunyai nilai ibadah. Maka merujuk dari dalam  al-ibadah Fii al-Islam karya Dr. Yusuf al-Qardhawi,  menerang kan bahwa semua pekerjaan, baik sebagai petani, peda gang,, buruh di pabrik, pegawai kantor, gu ru atau profesi serta keahlian apapun bisa bernilai ibadah bila memenuhi syarat-syarat berikut ini :
Pertama, Pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, yang bertentangan misalnya ; berjudi, pekerjaan yang mengandung riba,membantu kemaksiatan,  tidak bernilai ibadah.
Kedua, Pekerjaan tersebut diikuti dengan niat yang benar, sebagaimana hadits Rasululloh SAW. :  "Sesungghnya perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya dan setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”. ( HR. Bukhori dan Muslim)
Kedua, Pekerjaan atau tugas tersebut harus dilakukan dengan profesional. Dengan sungguh-sungguh, teliti, cermat, disiplin dengan menghasilkan yang bermutu. Seseorang tidak boleh bekerja atau belajar hanya sekedar meng gugurkan tugas atau karena upah semata atau pokok naik kelas, pokok lulus. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW. : “ Sesungguhnya Alloh menyukai jika seseorang di antara kamu bekerja, maka ia menyempurnakan pekerjaannya”. (HR. Baihaqi)
Keempat, Pekerjaan itu tidak mengandung unsur-unsur kedholiman. Maksudnya pekerjaan baik, yang tidak mengandung penipuan, kecurangan, dan perbuatan lain yang menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Kelima, Profesi tersebut tidak boleh melalaikan kita untuk ingat atau berdzikir kepada Alloh SWT. Kita sering menyaksi kan orang-orang sibuk dengan pekerjaan melupakan kewajiban sebai Abid Alloh untuk sholat tetkala waktu telah tiba. Dalam Q.S. Al Munafiqin Alloh mengi ngatkan : “ Hai orang-orang yang beriman jagalah harta-hartamu dan anak-anak kamu yang melalaikan kamu dari mengingat Alloh, barang siapa yang melakukan itu maka ia termasuk orang-orang yang merugi”.
Alloh sangat memuji orang-orang yang perdagangan dan perniagaannya (tugas-tugas kesehariannya) tidak melalaikannya dari sholat dan menunaikan zakat, shodaqoh, punya kepedulian sosial dsb.Jika kita bisa melaksanakan konsep di atas akan bernilai ibadah, apa lagi lebih dari itu, maka sesu ai dengan tugas Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi. Bagi generasi yang akan melanjutkan estafet para pendahulu maka amat perlu mengembangkan dan mengaktualisa sikan modal dasar Amanah Alloh ; Hidayatul Iman, Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah,   Hidayatul 'Aqliyah, Hidayatul Khawas (panca indra), agar memperoleh kedisiplinan, kesempatan berkembang,kelayakan, kebahagiaan dan keberkahan hidup .

*)   Drs. H. M. Ali Ghufron Risyam : Ketua IKBASS Singosari, Staf  Pengajar di SMA Shalahuddin Malang, M A, SMAI Y.P. Almaarif  Singosari, SMK TI Al- Ishlah Singosari Dosen PGSD/MI UNISMA Malang, dan Da’i, Penulis, Pengamat Budaya Islam, Bag. Dakwah di Ormasy. Islam, Wakil Ketrua MWC NU Singosari Malang.